Profil Desa Pucangan

Ketahui informasi secara rinci Desa Pucangan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pucangan

Tentang Kami

Profil Desa Pucangan, Ambal, Kebumen. Pusat agraris strategis di pesisir selatan Jawa Tengah. Kenali potensi pertanian padi dan palawija, denyut UMKM penyokong kuliner khas, serta kedekatannya dengan koridor wisata pantai populer di Kebumen.

  • Sentra Agraris Utama

    Desa Pucangan merupakan lumbung padi dan palawija yang vital bagi Kecamatan Ambal, dengan lebih dari 46% wilayahnya ialah lahan sawah produktif.

  • Lokasi Gerbang Ekonomi

    Terletak di jalur penghubung strategis dan berdekatan dengan kawasan pesisir Samudra Hindia, desa ini menjadi titik penting bagi distribusi hasil bumi dan akses menuju destinasi wisata.

  • Potensi Ekonomi Terintegrasi

    Perekonomian desa tidak hanya bertumpu pada pertanian, tetapi juga didukung oleh UMKM dan industri rumahan yang berpotensi besar untuk dikembangkan, termasuk sebagai pemasok untuk ikon kuliner Sate Ambal dan pengembangan kopi pesisir.

Pasang Disini

Desa Pucangan, yang terletak di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menampilkan profil wilayah yang kokoh sebagai salah satu pilar utama sektor pertanian di kawasan pesisir selatan. Lebih dari sekadar hamparan sawah, desa ini memegang peranan strategis sebagai jalur perlintasan ekonomi dan penyangga bagi denyut kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dengan potensi agraris yang melimpah dan geliat usaha mikro yang terus tumbuh, Pucangan memposisikan diri sebagai wilayah yang dinamis, berupaya menyeimbangkan tradisi agraris dengan tuntutan perkembangan zaman di koridor selatan Jawa.

Lokasi Strategis dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Desa Pucangan berada pada posisi yang sangat strategis di Kecamatan Ambal. Desa ini menjadi salah satu jalur perlintasan krusial yang menghubungkan pusat Kecamatan Ambal dengan Kecamatan Kutowinangun, menjadikannya area yang ramai dengan aktivitas ekonomi dan sosial. Letak desa ini berada pada koordinat 7°45`59`` hingga 7°45`52`` Lintang Selatan dan 109°42`45`` hingga 109°43`19`` Bujur Timur, dengan topografi berupa dataran rendah pada ketinggian antara 7 hingga 13 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Luas wilayah Desa Pucangan tercatat sekitar 1,53 kilometer persegi atau 153,25 hektare. Wilayah ini memiliki batas-batas administratif yang jelas. Di sebelah utara, Desa Pucangan berbatasan langsung dengan Desa Lajer. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pasarsenen. Sementara di sebelah selatan, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Kenoyojayan dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Ambalkebrek. Kedekatannya dengan Samudra Hindia di sisi selatan Kecamatan Ambal turut memberikan pengaruh iklim dan potensi pengembangan wilayah yang khas.

Komposisi penggunaan lahan di Desa Pucangan sangat didominasi oleh sektor pertanian. Berdasarkan data monografi desa, sekitar 70,7 hektare atau 46,13% dari total luas wilayah merupakan tanah sawah produktif. Area pemukiman penduduk menempati lahan seluas 43,26 hektare (28,22%), diikuti oleh pekarangan seluas 24,15 hektare (15,76%). Sisa lahan lainnya, sekitar 15,15 hektare (9,88%), dimanfaatkan untuk fasilitas umum seperti jalan, sungai, dan area pemakaman. Struktur penggunaan lahan ini menegaskan identitas Pucangan sebagai desa agraris.

Demografi dan Struktur Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan terakhir yang tersedia, jumlah penduduk Desa Pucangan mencapai 1.518 jiwa yang tergabung dalam 361 kepala keluarga (KK). Komposisi penduduknya terdiri dari 729 jiwa laki-laki dan 789 jiwa perempuan, menghasilkan rasio jenis kelamin (sex ratio) sekitar 92, yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki. Dengan luas wilayah 1,53 km², kepadatan penduduk di Desa Pucangan tergolong rendah, yakni sekitar 992 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan yang relatif rendah ini memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan pemukiman dan pertanian lebih lanjut.

Struktur mata pencaharian masyarakat sangat mencerminkan kondisi geografisnya. Mayoritas penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani. Komoditas yang diusahakan menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian besar keluarga. Selain itu, sebagian kecil penduduk lainnya berprofesi sebagai pedagang, memanfaatkan posisi strategis desa yang dilalui jalur penghubung antar kecamatan. Terdapat juga pegawai negeri, wiraswasta, dan pekerja di sektor informal lainnya yang melengkapi dinamika sosial-ekonomi desa.

Tingkat pendidikan dan kondisi sosial masyarakat terus mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan akses terhadap fasilitas pendidikan dan informasi. Program-program pemerintah di bidang kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat turut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Pucangan.

Sejarah dan Asal-Usul Nama Desa

Penamaan "Pucangan" memiliki akar sejarah dan budaya yang kuat di kalangan masyarakat setempat. Berdasarkan penelusuran cerita lisan (folklor) yang diwariskan dari generasi ke generasi, nama Pucangan diyakini berasal dari nama pohon "Pucang" atau dikenal sebagai pohon pinang (Areca catechu). Pada masa lalu, dipercaya bahwa di wilayah ini tumbuh banyak pohon pucang yang menjadi ciri khas lanskap alamnya. Penggunaan nama flora sebagai identitas sebuah tempat merupakan hal yang lazim dalam sejarah penamaan desa-desa di Jawa.

Selain itu, terdapat narasi sejarah yang lebih mendalam yang menghubungkan Pucangan dengan salah satu perkampungan kuno di pesisir selatan Jawa, yaitu Kampung Dungwot atau Kedungwot. Pusat peradaban masa lalu sering kali dibangun di dekat sumber air, dan Kampung Dungwot diketahui tumbuh di sepanjang aliran sungai atau kali Pucangan. Sejak era Kesultanan Mataram Islam, wilayah ini telah berkembang menjadi salah satu pusat penyebaran ajaran Islam dan memiliki status sebagai tanah perdikan, yakni daerah otonom yang dibebaskan dari pajak dengan tokoh terkenalnya Mbah Nyai Dungwot. Jejak sejarah ini menunjukkan bahwa Desa Pucangan tidak hanya memiliki nilai geografis, tetapi juga menyimpan warisan peradaban dan spiritual yang penting.

Pemerintahan dan Tata Kelola Desa

Roda pemerintahan di Desa Pucangan dijalankan oleh sebuah struktur Pemerintahan Desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa lainnya, yang mencakup sekretaris desa, kepala urusan (kaur), dan kepala seksi (kasi), serta kepala dusun yang memimpin wilayah administratif di bawahnya. Desa Pucangan sendiri terbagi menjadi tiga dusun utama, yakni Dusun Pucung, Dusun Krajan, dan Dusun Pengampon.

Pemerintah Desa Pucangan berfungsi sebagai motor penggerak pembangunan dan pelayan masyarakat. Tugas utamanya meliputi perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pengelolaan administrasi kependudukan, serta menjaga ketertiban dan keamanan wilayah. Dalam menjalankan fungsinya, Pemerintah Desa bersinergi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislatif di tingkat desa. BPD berperan menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah desa.

Transparansi pengelolaan anggaran, terutama yang bersumber dari Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD), menjadi salah satu fokus utama tata kelola pemerintahan. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) diadakan secara rutin untuk menjaring partisipasi aktif warga dalam menentukan prioritas pembangunan, memastikan bahwa program yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.

Jantung Perekonomian: Sektor Pertanian yang Dominan

Pertanian merupakan tulang punggung dan denyut nadi utama perekonomian Desa Pucangan. Lahan sawah yang subur seluas lebih dari 70 hektare menjadi aset paling berharga bagi masyarakat. Komoditas utama yang dibudidayakan ialah padi sawah. Dalam setahun, petani dapat melakukan dua hingga tiga kali masa tanam, bergantung pada ketersediaan air dari sistem irigasi dan kondisi cuaca. Hasil panen padi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga dipasok ke berbagai wilayah di Kabupaten Kebumen.

Selain padi, para petani di Pucangan juga aktif menanam tanaman palawija sebagai bagian dari pola rotasi tanam. Komoditas palawija yang umum dijumpai meliputi jagung, ubi kayu, dan ketela rambat. Diversifikasi tanaman ini tidak hanya berfungsi menjaga kesuburan tanah, tetapi juga memberikan sumber pendapatan alternatif bagi petani saat tidak menanam padi.

Salah satu inovasi menarik yang muncul dari desa ini ialah upaya budidaya "kopi pesisir". Meskipun kopi identik dengan dataran tinggi, beberapa petani di Pucangan sejak tahun 2008 mulai mencoba membudidayakan tanaman kopi di lahan dataran rendah. Inisiatif ini muncul sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan non-produktif dan melihat kembali sejarah Kebumen yang pernah menjadi salah satu daerah penghasil kopi. Meskipun menghadapi tantangan, inisiatif ini menunjukkan adanya semangat inovasi di kalangan petani untuk mencari komoditas bernilai ekonomi tinggi.

Denyut Nadi UMKM dan Industri Rumahan

Di luar sektor pertanian, perekonomian Desa Pucangan juga ditopang oleh geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta industri rumahan. Keberadaan UMKM ini menjadi pelengkap penting yang menciptakan lapangan kerja dan memberikan nilai tambah bagi produk lokal. Sarana perekonomian yang tercatat di desa ini meliputi belasan toko kelontong dan beberapa warung makan yang melayani kebutuhan harian warga serta para pelintas.

Industri rumahan yang cukup menonjol berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian. Beberapa warga mengolah hasil panen menjadi produk makanan ringan atau jajanan pasar untuk dijual di lingkungan sekitar atau dititipkan ke warung-warung di Kecamatan Ambal. Selain itu, sebagai bagian dari Kecamatan Ambal yang terkenal dengan kuliner Sate Ambal, Desa Pucangan turut berperan dalam rantai pasoknya. Peternakan ayam kampung yang diusahakan oleh warga menjadi pemasok bahan baku bagi para pengusaha sate legendaris tersebut.

Potensi pengembangan UMKM lainnya yang mulai digali ialah kerajinan tangan. Pemerintah Kabupaten Kebumen pernah mengadakan pelatihan membatik bagi warga Desa Pucangan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dan membuka peluang usaha baru, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga. Pengembangan produk turunan dari komoditas pertanian, seperti emping melinjo yang menjadi produk unggulan di pesisir Kebumen, juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut di desa ini.

Infrastruktur dan Aksesibilitas Publik

Pembangunan infrastruktur dasar di Desa Pucangan terus berjalan untuk mendukung aktivitas ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Akses jalan utama yang melintasi desa, yakni jalan penghubung Ambal-Kutowinangun, berada dalam kondisi yang cukup baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalan-jalan lingkungan di dalam dusun juga secara bertahap mendapatkan perbaikan melalui program pembangunan desa.

Di sektor pendidikan, Desa Pucangan memiliki fasilitas pendidikan tingkat dasar yang memadai untuk melayani anak-anak usia sekolah di wilayahnya. Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA, para siswa dapat mengakses sekolah yang berada di pusat kecamatan atau di kecamatan terdekat yang relatif mudah dijangkau.

Untuk layanan kesehatan, masyarakat dapat memanfaatkan Pusat Kesehatan Desa (PKD) atau Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, serta penyuluhan kesehatan. Akses menuju Puskesmas di pusat Kecamatan Ambal juga terbilang mudah, memastikan warga mendapatkan penanganan medis yang diperlukan. Ketersediaan listrik dan jaringan telekomunikasi yang telah menjangkau seluruh wilayah desa turut membuka akses informasi dan komunikasi bagi masyarakat.

Potensi Tersembunyi: Pariwisata dan Pengembangan Masa Depan

Meskipun Desa Pucangan tidak memiliki objek wisata yang dikelola secara khusus di dalam wilayahnya, lokasinya yang berada di koridor pesisir selatan menjadi potensi tersembunyi. Desa ini hanya berjarak beberapa kilometer dari jajaran pantai populer di Kecamatan Ambal, seperti Pantai Ambal dan Pantai Mliwis. Posisi ini menjadikan Pucangan sebagai desa penyangga atau gerbang bagi wisatawan yang hendak menuju destinasi-destinasi tersebut.

Ke depan, desa ini berpotensi untuk mengembangkan konsep agrowisata sederhana. Hamparan sawah yang hijau dan asri dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan urban yang mencari ketenangan. Pengunjung dapat ditawari pengalaman bercocok tanam, memanen padi, atau sekadar menikmati pemandangan alam pedesaan. Selain itu, pengembangan "kopi pesisir" dapat menjadi sebuah produk wisata unik, di mana wisatawan bisa melihat langsung proses budidaya hingga pengolahan kopi di dataran rendah.Integrasi antara sektor pertanian, UMKM, dan pariwisata merupakan kunci pengembangan masa depan Desa Pucangan. Dengan memperkuat produk unggulan lokal seperti olahan makanan, kerajinan, dan kopi pesisir, desa ini dapat menciptakan paket penawaran yang menarik. Sinergi antara pemerintah desa, kelompok masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya akan menentukan sejauh mana Desa Pucangan mampu mentransformasikan potensinya menjadi kesejahteraan nyata bagi seluruh warganya.